Berfikir Ilmiah: Merumuskan ide secara induktif dan cara pengambilan keputusan yang benar


MAKALAH

PENGANTAR FILSAFAT ILMU


Berfikir Ilmiah: Merumuskan ide secara induktif dan cara pengambilan keputusan yang benar  | 

MAKALAH SUMBER ILMU PENGETAHUAN | Makalah PENGANTAR FILSAFAT ILMU ( Tuhan, Manusia dan Alam ) | Makalah Filsafat Ilmu Epistemologi Bayani, Burhani, dan Irfani | MEMAHAMI TEORI KEBENARAN








BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Setiap manusia pasti memiliki penalaran. Hal itu yang membedakan antara manusia dengan makhluk hidup lain. Dengan bernalar, manusia dapat berpikir. Berpikir akan membuat manusia menjadi makhluk yang lebih unggul dibandingkan makhluk hidup yang lainnya.
Suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan pengetahuan merupakan penalaran. Pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang berfikir, bernalar, beremosi, bersikap dan beramal. Sikap dan pengalamannya bersumber pada penetahuannya melalui aktifitas berfikir, beramal dan beremosinya [1].
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum [2].

1.2     Rumusan Masalah
1.      Apakah penalaran induktif itu?
2.      Apa saja macam-macam metode penalaran induktif dalam filsafat ilmu?
3.      Bagaimana pengambilan keputusan yang benar?
1.3    Tujuan
1.      Mengetahui penelaran induktif
2.      Mengetahui macam-macam metode penalaran induktif dalam filsafat ilmu
3.      Mengetahui cara ilmuwan mencari kebenaran yang tepat.















BAB 2
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Penalaran Induktif
Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan. Agar buah pengetahuan yang berdasarkan penalaran itu mempunyai bobot kebenaran, maka proses berpikir perlu harus dilakukan dengan suatu cara atau metode tertentu[3].
Suatu penarikan kesimpulan barulah dianggap benar/valid/sahih, apabila prosesnya   dilakukan dengan cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan itu disebut logika. Logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih/valid/benar.
Di dalam penalaran ilmiah terdapat dua jenis cara/metode penarikan kesimpulan yaitu:
a.       Logika Induktif, dan
b.      Logika deduktif.
Induktif atau logika induktif adalah penarikan kesimpulan dari kasus-kasus-kasus individual nyata (khusus) menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penarikan ini diawali dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi dan diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (missal: kambing, rusa, kerbau, singa, gajah, semua mempunyai kepala)[4].
Kesimpulan yang bersifat umum ini mempunyai dua keuntungan sebagai berikut :
a.      Bersifat Ekonomis
           Kehidupan manusia dengan keanekaragaman seginya dijagat raya ini dapat diredukasikan menjadi bebebrapa symbol-simbol pernyataan. Pengetahuan manusia bukanlah koleksi dari dari sejumlah fakta, melainkan essensi/hakikat dari fakta-fakta tersebut. Pengetahuan tidaklah bermaksud untuk membuat reproduksi dari obyek tertentu, tetapi menekankan kepada struktur dasar yang menyangga wujud factor tertentu. Suatu pernyataan yang selengkap-selengkapnya dan secermat-cermatnya tidak bias mereproduksikan betapa manisnya secangkir kopi susu, betapa nimatnya hubungan seksualitas suami-isteri dan betapa nikmat pendekatan diri kepada Allah (Taqarrubad Ilallah), sewaktu shalat 5 waktu dan sholat tahajud yang khusyu’[5]
b.      Terdapat kemingkinan untuk proses penalaran selanjutnya, baik secara induktif maupun secara deduktif.
           Secara induktif berarti dari berbagai pernyataan yang bersifat umumitu dapat ditarik kesimpulan lagi pernyataan yang bersifat umum. Misal kalau dari kenyataan tentang semua binatang mempunyai kepala dan semua manusia mempunyai kepala, dapatlah disimpulkan lagi bahwa :
Semua mkahluk mempunyai kepala.
Dengan penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang bermuara kepada pernyataan-peryataan yang bersifat fundamental  [6].
Kebalikan berfikir induktif adalah berpikir deduktif. Bekerjanya berangkat dari hal yang umum(dari induksi/teori/dalil/hukum) kepada hal-hal yang khusus (particular). Prinsip ini dasarnya ialah “segala yang dipandanng benar pada semua peristiwa dalam satu kelas/jenis, berlaku pula sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang terjadi pada hal yang khusus asal hal yang khusus ini benar-benar merupakan bagian/unsur dari hal yang umum itu”[7]



2.2  Metode Penalaran Induktif
            Metode penalaran induktif adalah adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
2.2.1  Jenis-jenis penalaran induktif adalah :
a.       Generalisasi
                        Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
                        • Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
                        • Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
                        Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.
                        Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.


Macam-macam generalisasi
·            Generalisasi sempurna
                        Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
·            Generalisasi tidak sempurna
                        Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
        1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
        2. Sampel harus bervariasi.
        3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
2.2.2  Kausalitas
Kausalitas merupakan perinsip sebab-akibat yang dharuri dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
2.2.3  Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
2.2.4  Salah Nalar
Salah nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan kesimpulan sehingga kesimpulan tersebut menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, salah nalar bisa terjadi apabila pengambilan kesimpulan tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Terdapat beberapa bentuk salah nalar yang sering kita jumpai, yaitu: menegaskan konsekuen, menyangkal antiseden, pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis, perancuan urutan kejadian dengan penyebaban, serta pengambilan konklusi pasangan.





2.3       Pengambilan keputusan
               Menurut buku yang kami buat referensi dalam hal ini kita mulai dengan mengamati fakta/problemnya, kemudian membuat suatu hipotesis sebagai penjelasan fakta/problema, selanjutnya kita menguji hipotesis dengan tuntas. Hasil pengujian itu disebut kesimpulan yang benar. Akan tetapi, apabila pengujian kita membuktikan bahwa hipotesisnya salah, maka kita harus membuat pengamatan baru, menetukan hipotesis lain, lalu menguji dan mengujinya kembali. Apabila langkah-langkah ini sudah ditembuh lalu menghasilkan kesimpulan yang salah, maka sebaiknya kita mulai dengan poses lagi. Demikianlah cara atau metode ilmuwan mencari kebenaran yang sahih/valid/benar [8].











BAB 3
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
            Penalaran merupakan  suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan. Agar buah pengetahuan yang berdasarkan penalaran itu mempunyai bobot kebenaran, maka proses berpikir perlu harus dilakukan dengan suatu cara atau metode tertentu.
Dengan berpikir atau bernalar, merupakan suatu bentuk kegiatan akal/rasio manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indera diolah dan ditujukan untuk mecapai suatu kebenaran.
         Suatu Proses penalaran dapatlah disusun melalui observasi dan eksperimen, hipotesis ilmiah, verifikasi dan pengukuhan, teori dan hukum ilmiah. Dan suatu induktif hanya penalaran yang bersifat umum saja. Sedangkan penalaran yang deduktif merupakan penalaran atau cara berpikir yang menolak dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum, tapi menarik kesimpulan yang khusus.
3.2        Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini, tentunya banyak hal-hal yang perlu diperbaiki serta langkah-langkah dari permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan dari metode penulisan, kata-kata atau pun kalamat-kalimat yang belum sumpurna di dalamnya
Adapun cara penilaian,hak dan tidaknya kami serahkan kepada para pembaca, mudah-madahan dapat memberikan bantuan doa atas terselenggaranya penulisan makalah ini semoga anda dalam lindungan dan keridhoan Allah SWT Amin.






DAFTAR PUSTAKA

S. Suria Sumantri Jujun, Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005
Salam Burhanudin.H,Logika Formal.Jakarta:Bina Aksara,1998
Soetriono., Ir.Prof.Dr, Fillsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.Yogyakarta:Andi,2007




[1] Drs. H. Burhanuddin Salam(Jakarta:Bina Aksara.1988) hal 4
[2]. Jujun.S.Suriasumantri. filsafat ilmu (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 2005) hal 48
[3] Ibid hal 72
[4] Ibid hal 72
[5] Ibid hal 73
[6] Ibid hal 74
[7] Prof. Dr.Ir Soetriono,MP.filsafat ilmu dan metodologi penelitian(Yogyakarta:Andi.2007)hal 153
[8] Ibid hal 74